Header Ads

Header ADS

Wawancara : Brigjen (Pol) Drs. Oegroseno Kapolda Sulteng

“Teroris di Sini Visi dan Misinya Tidak Jelas”
Brigjen (Pol) Drs. Oegroseno


Kecenderungan situasi keamanan setelah sejumlah operasi keamanan digelar belum juga menunjukkan trend yang positif. Padahal tidak sedikit dana telah digelontorkan untuk membiayai satu operasi ke operasi lainnya yang melibatkan TNI dan Polri. Tentu saja ini menimbulkan berbagai spekulasi dan pertanyaan.

Mahfud Masuara dan Andi Miswar dari Seputar Rakyat mewawancarai Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Brigjend (Pol) Drs. Oegroseno, 15 Maret 2006, di ruangan kerjanya di Markas Polda Sulawesi Tengah, Palu. Berikut petikannya:
Apa perbedaan antara operasi Sintuvu Maroso dengan Operasi Lanto Dago?

Sebagai daerah bekas konflik, rasa kecurigaan sangat tinggi, rasa ketakutan, rasa tidak terlindungi. Kemudian kita juga melihat kejadian-kejadian di Poso selama konflik. Itu kan berangkat dari tingkat RT, RW atau Desa. Dengan adanya konflik kemudian dilaksanakan operasi Sintuvu Maroso untuk pemulihan situasi keamanan. Banyak pasukan BKO datang ke sana. Kemudian kita lihat konsepnya, rupanya konsep operasi ini lebih banyak menghadirkan aparat berseragam, di beberapa lokasi, juga dengan adanya swiping atau filter pemeriksaan lalulintas barang atau orang yang akan keluar masuk Poso. Muncul masalah baru yaitu Pungli (pungutan liar) oleh aparat. Yah, masalah ini harus kita buka, karena itu memang ada. Nanti kalau saya tidak buka, nanti Kapolda dipikir bohong.

Masyarakat dengan kita komunikasinya semakin jauh. Kenapa bisa terjadi? Banyak saksi yang begitu berhubungan dengan Polisi bahkan ditembak. Kemudian, kejahatan dengan kekerasan terus terjadi, ada polisi yang ditembak, ada masyarakat yang dibunuh, ledakan Bom terus terjadi. Pengungkapan-pengung-kapan kasus oleh polisi itu tidak lepas dari kemauan masyarakat untuk bisa memberikan informasi. Ini sudah hampir terputus komunikasi dengan masyarakat.
Makanya, kita coba dengan konsep operasi kepolisian yang mengedepankan community police. Pendekatan diri dengan masyarakat, jadi masyarakat diajak dialog, tidak dibiarkan mereka diskusi dengan masalahnya. Dengan konsep ini kemudian bisa mengurangi pungli, sehingga konsep mengenai filter darat, filter laut dan udara terhadap lalulintas barang dan orang yang akan masuk dan keluar Poso. Intinya disitu. Kemudian akan di back up oleh konsep penegakan hukum. Sehingga aspek preventifnya ada, preventifnya juga ada kemudian aspek penegakan hukumnya jelas. Penegakan hukum inilah yang harus profesional. Makanya sekarang ada strategi dalam penyidikan pidana kekerasan dan korupsi itu tidak ditangani di wilayah Sulteng, tetapi di Jakarta. Kita coba membuka benang merah tadi.

Beberapa tahun terakhir, kekerasan tidak lagi hanya terjadi di Poso, tetapi sudah merambah ke Kota Palu. Ini indikasi bahwa ada upaya untuk memindahkan konflik dari Poso ke Palu. Bagaimana menurut anda?
Saya nggak tahu motifnya. Motif para teroris di sini berbeda dengan Amerika atau Luar Negeri. Mereka punya visi misi, kalau di sini nggak punya. Sekarang apa sih visi teroris di sini? tujuannya juga apa? Hanya buat teror seperti itu. Mereka dari kelompok agama? jelas bukan, karena di agama manapun membunuh tidak boleh. Mereka ini adalah kelompok animisme. Saya yakin, teroris ini nggak pernah sembahyang, nggak pernah shalat kalau orang Islam, atau ke gereja. Ajaran agama mereka nggak ada. Makanya saya katakan ini teroris avonturir. Apa sasaran mereka? kalau di Irak jelas, ada kelompok sunni, syiah, sementara Palestina dan Israel, Afganistan mereka jelas. Yah, yang di sini apa? Mau bikin NII (Negara Islam Indonesia) benderanya nggak ada, dokumennya nggak ada, apa yang mau dicari? Ambon sudah selesai yang lain sudah selesai, kenapa di sini tidak selesai-selesai? Kita lihat local people di sini ada nggak yang terlibat sebagai pelaku-pelaku kekerasan tersebut?
Satgas Poso dan Koopskan yang dibentuk tiga bulan bulan belum menunjukkan trend positif, hal ini terkait dengan aksi-aksi kekerasan yang belum juga berakhir. Tanggapannya?

Begini, Kopskam dan Satgas untuk memberdayakan aparat yang ada di sini. Ini kan daerah pasca konflik, sehingga kehadiran kopskam dan tiga satgas tersebut, sebenarnya membangunkan kembali aparat-apat yang ada disini. Karena wilayah ini di back up penuh, sehingga menjadi atensi presiden dengan mengeluarkan Inpres No. 14 itu. Kita sebagai aparat mengucapkan terima kasih. Sekarang orang-orang belum apa-apa sudah menolak koopskam, satgas, apakah koopskam dan satgas itu bunuh orang? Makanya saya katakan kelompok-kelompok di sini sebetulnya sudah ada. Cuma kita masih kesulitan. Sama dengan Belanda, ketika melawan gerakan gerilyawan, dengan perlawanan klandestein. Susah kita kemudian. Sekarang kelompok-kelompok itu teriak lagi, kenapa? gerakan mereka sudah dibatasi oleh Satgas, makanya mereka meminta membubarkan Satgas. Agar mereka bisa bebas lagi. Ini belajar dari pengalaman tahun 1998 dan 1999 waktu Poso meledak. Sebenarnya mereka sekarang sudah mulai membuka diri, saya pelakunya. Ini menurut analisa saya.
Poso Center, koalisi 30 NGO mendesak pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGP) untuk mengungkap kekerasan Poso sampai ke akar-akarnya. Tuntutan juga datang dari tokoh-tokoh agama di Poso, seperti H Adnan Arsal. Bagaimana pandangan anda tentang TGPF?

Saya sependapat dengan TGPF. Tapi, saya minta orang yang duduk di dalam adalah orang dari luar Sulawesi tengah, seperti, dari Aceh, Jakarta, Papua. Jangan pakai orang Sulteng, Sulsel, Jawa yang ada di Palu, Sunda, dan Lainnya. Sebaiknya ambil dari Aceh dan Papua.
Kami menduga, pelaku penembakan Ivon Nathalia dan Siti Nuraini adalah aparat kepolisian. Sejauh mana langkah-langkah Polda dalam menangani kasus ini ?
Oh ya? Saya selama ini tidak pernah menutup diri. Kalau ada saksi yang melihat bahwa pelakunya adalah oknum anggota Polri sampaikan ke saya langsung. Mungkin kalau takut ketemu saya di Palu, bisa ketemu di Makassar, atau di Balikpapan, yakni tempat di mana ada penerbangan pagi dan bisa balik lagi sore. Karena kita lindungi saksi betul lah. Kalau saksi tersebut bisa menyampaikan ke saya, maka saya akan melindungi mati-matian. Kenapa ketemu? Karena jangan sampai informasi yang diberikan seperti “beli kucing dalam karung”. Saya juga perlu ketegasan, karena penyidikan polisi juga sudah mengarah pada tiga pelaku (Aksan David, Ismet:red). Tetapi tidak menutup kemungkinan ada kesalahan. Polisi juga manusia, bisa jadi juga salah.

Apakah benar ada aparat yang diperiksa berkaitan dengan kasus Yuli dan Ivon?

Selama ini penyidikan itu tidak ada. Kalau ada informasi yang menyampaikan ada oknum polisi yang terlibat sampaikan ke kita. Kalau benar-benar itu bisa mengarah, yah, kita ucapkan terima kasih. Jangan sampai dipolitisir sehingga tambah melebar nggak jelas, sehingga sama dengan judul di majalah ini (Seputar Rakyat:red), “Ungkap Keterlibatan TNI/Polri. Kita berusaha untuk mengungkap tapi informasi tidak disampaikan secara transparan kepada kita.

Kami sudah melakukan testimoni dengan beberapa saksi penembakan Ivon dan Yuli, termasuk saksi korban. Indikasinya kuat sekali bahwa pelaku adalah anggota polisi. Bagaimana menurut Bapak?

Sudahlah, begini saja, pertemukan saksi-saksi dengan saya. Kalau kalian percaya dengan saya. Gimana, percaya dengan saya kah?
Sekarang saya balik tanya, kapan saya dipertemukan dengan mereka? supaya saya yakin, apa yang anda katakan tadi. Bisa nggak? kapan waktunya? sekarang saya tantang ini. Kalau bisa jangan terlalu lama, agar kita bisa mengamankan anggota yang dimaksud beserta senjatanya. Syukur-syukur ini benar, kalau memang anggota terlibat, bisa ditangkap dulu anggotanya baru berita ini dimuat, jangan dimuat dulu, nanti anggota akan hilang.


Brigadir Jenderal Polisi Oegroseno, lahir 17 Februari 1956 di Jakarta. Lulus AKABRI Kepolisian 1978, dan mulai bertugas di Polda Metro Jaya. Kemudian dipindahkan ke Mabes Polri sampai 1996. Ia menjabat Kapolres Surabaya 1996 – 1998, Wakapolda Bangka Belitung sampai dengan September 2005, dan Kapolda Sulawesi Tengah 2005 – sekarang. Ia sudah berkeluarga dengan seorang istri dan tiga anak, seorang lelaki dan dua perempuan.

2 komentar

Viagra Online mengatakan...

Sudahlah, begini saja, pertemukan saksi-saksi dengan saya. Kalau kalian percaya dengan saya. Gimana, percaya dengan saya kah?
Sekarang saya balik tanya, kapan saya dipertemukan dengan mereka? supaya saya yakin, apa yang anda katakan tadi. Bisa nggak? kapan waktunya? sekarang saya tantang ini. Kalau bisa jangan terlalu lama, agar kita bisa mengamankan anggota.

pharmacy mengatakan...

Kemudian kita lihat konsepnya, rupanya konsep operasi ini lebih banyak menghadirkan aparat berseragam, di beberapa lokasi, juga dengan adanya swiping atau filter pemeriksaan lalulintas barang atau orang yang akan keluar masuk Poso. Muncul masalah baru yaitu Pungli (pungutan liar) oleh aparat.

Diberdayakan oleh Blogger.